Rabu, 16 November 2016

Membangun Karakter Keluarga Qur’ani

Assalamualaikum sahabat meraki, apa kabar? Semoga kabar sahabat semuanya baik dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamin…
Sahabat, hari ini kami ingin berbagi materi yang kami dapatkan sewaktu mengikuti salah satu rangkaian kegiatan Olimpiade Pecinta Quran (OPQ) yang diadakan oleh komunitas ODOJ Indonesia pekan lalu. kegiatan seminar yang kami ikuti ini bertema parenting yaitu “Membangun Karakter Keluarga Qur’ani”. Materi ini dipaparkan oleh ustadz Bendri Jaisyurahman yang merupakan pakar parenting. Adapun materi yang disampaikan oleh beliau diantaranya membahas mengenai orientasi hidup dalam suatu keluarga.

·         Jadi definisi keluarga yang berkarakter qur’ani itu seperti apa sih?
Beliau memaparkan bahwa keluarga yang qur’ani ialah keluarga yang memiliki visi yang mengarah pada Al Qur’an, artinya suatu keluarga yang berpedoman pada Al Qur’an dalam menjalankan kehidupannya. Cirinya sebagai berikut.
1.      Memiliki tujuan akhir membawa seluruh anggota keluarga masuk ke dalam surga bersama – sama (bukan hanya bersama - sama saat berkumpul di dunia). Syaratnya ialah:
a.      Menjaga keimanan karena syarat masuk syurga ialah dengan iman
b.      Menjaga diri dari maksiat
2.      Menjaga keluarga agar terbebas dari api dan siksa neraka
 
·         Bagaimana menanamkan karakter qur’ani pada anak kita?
Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Qashash ayat 77, yang artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Maka untuk menanamkan karakter qur’ani pada anak kita sesuai ayat tersebut, dapat dirangkum sebagai berikut.
1.  Carilah apa yang membawa kejayaan di akhirat namun tidak melupakan dunia, bukan sebaliknya.
2.     Jangan memandang akhirat hanya saat kepepet saja.

·         Bagi seorang lelaki, bagaimana kiat memilih istri yang baik?
Memilih istri sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW, seperti dalam hadist berikut. “Wanita itu dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, kemuliaan nasabnya, kecantikannya, dan karena agamanya. Maka nikahilah wanita yang baik agamanya niscaya kamu beruntung.” (HR Muslim1466 - 53 , shahih)
Hal ini bukan berarti seorang laki-laki seorang lelaki tidak boleh memilih wanita yang memiliki harta, kecantikan, dan nasabnya. Hadits tersebut menjelaskan bahwa seorang lelaki ketika memilih istri disarankan untuk mengutamakan agama sebagai tolak ukurnya. Kita semua telah mengetahui bahwa kaum lelaki merupakan seorang qowwam/pemimpin bagi perempuan, ia bertanggung jawab untuk melindungi, memimpin serta mendidik wanita yang menjadi istrinya. Jika seorang lelaki memilih wanita yang baik dari segi agama, maka akan memudahkan lelaki tersebut dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya karena ia akan senantiasa taat, menjaga diri, dan melindungi harta suaminya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surat An Nissa Ayat 34 yang artinya: “Sebab itu maka wanita yang shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).”
Adapun jika seorang lelaki menikahi wanita karena harta, nasab, kecantikannya yang tidak dilandasi agama, dikhawatirkan ia akan cenderung ditindas dan tidak dihargai, terlebih jika lelaki tersebut tidak memiliki kedudukan yang sama derajatnya dengan 3 hal tersebut.

·         Bagaimana kiat cara mendidik anak agar memiliki karakter qur’ani?
Ada beberapa kiat mendidik anak agar memiliki karakter qur’ani, diantaranya ialah sebagai berikut.
1.      Didik anak untuk menjadi orang yang sholeh, bukan sekedar menjadi orang kaya.
Orangtua pada umumnya memberi didikan pada anak sedari kecil untuk menjadi kaya diwaktu dewasa. Disini orangtua sering lupa jika memiliki anak yang sholeh akan lebih baik ketimbang memiliki anak yang kaya namun tidak sholeh. Hal ini terkait dengan perlakuan atau sikap anak terhadap orangtuanya, jika ia miskin tapi sholeh maka ia tidak akan menyengsarakan orangtua, namun sebaliknya jika anak dididik untuk menjadi kaya tapi tidak sholeh maka ia akan cenderung menyia-nyiakan orangtuanya.
2.      Ceritakan  tentang kabar gembira saat menasehatinya.
Kita sebagai orangtua harus membiasakan untuk menceritakan kabar yang menggembirakan ketika menasehati anak, usahakan tidak menasehati dengan menceritakan kabar yang menakutkan. Misalnya saat anak tidak patuh terhadap orangtua, kita tidak boleh langsung menceritakan tentang anak yang tidak patuh ialah anak yang durhaka, ia akan masuk neraka dan disana adalah tempat buruk yang sangat menakutkan. Meski benar adanya, namun alangkah lebih baik jika kita mencoba untuk menasehati anak memberikan gambaran tentang dari segi positifnya, misal seorang anak yang baik maka ia akan mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah, ia akan merasakan kenikmatan di syurga. Dan berilah dia pilihan terkait sikap apa yang harus dia pilih terkait gambaran pada cerita tersebut. Jangan takut-takuti anak dengan murka Allah karena otaknya belum siap untuk menerima hal tersebut.
3.      Tidak terburu – buru mengenalkan ibadah sebelum waktunya.
Misal mengajarkan anak untuk melaksanakan sholat 5 waktu mulai usia 7 tahun sampai 10 tahun. Hal ini sesuai hadist Rasulullah “Dari ‘Amr Bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang maknanya), “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika mereka tidak mengerjakan shalat pada usia sepuluh tahun, dan (pada usia tersebut) pisahkanlah tempat tidur mereka.” (Hadits shahih; Shahih Ibnu Majah (5868), Sunan Abu Daud (2/162/419) lafazh hadits ini adalah riwayat Abu Daud, Ahmad (2/237/84), Hakim (1/197))
Disamping itu, kita juga harus senantiasa sabar mengajarkan anak untuk melaksanakan sholat, dalam Al Qur’an Surat Thaha Ayat 132 juga menjelaskan yang artinya “…dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk melaksanakan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya”. Hal ini berarti selama tiga tahun yaitu rentang waktu 7 – 10 tahun, kita sebagai orangtua harus bersabar membimbing dan mengingatkan terus tentang shalat. Jangan lelah jika setiap waktu sholat kita menyuruh anak untuk sholat, sehari 5 kali kita senantiasa mengingatkan anak kita yang tentunya diiringi dengan memberi contoh terbaik yang bisa kita perlihatkan kepada anak kita.
4.      Ajarkan Al Qur’an, setelah mengajarkan tentang pemilik-Nya (Keimanan).
Kenalkan Allah, ajarkan tentang keimanan sebelum ia mempelajari Al Qur’an. Jangan sampai anak hafal Al Quran namun ia tidak cinta dengan Al Quran, ia tidak dapat memaknai apa yang ia hafal. Tidak serius dalam mengajarkan keimanan kepada anak akan mendorong anak untuk belajar mengikatkan diri kepada agama, maka pengetahuan dan hafalan tersebut justru menjauhkannya dari agama.
Tidak perlu buru – buru menghafal, gerakkan keimanannya terlebih dahulu, maka ia akan tergerak untuk mempelajarinya. Seperti kisah Jundub bin Junadah r.a ketika menegur seorang tabiin, ia berkata, “Kami telah bersama Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika kami masih sangat muda. Kami mempelajari iman sebelum belajar al-Quran, kemudian barulah kami mempelajari al-Quran hingga bertambahlah keimanan kami karenanya.” (HR. Ibn Majah dan disahihkan oleh al-Albani)

Tips Mengevaluasi apakah pendidikan keluarga kita sudah benar!
Yaitu dengan mendengarkan dialog/obrolan dalam keluarga. Topik yang sering dibahas menunjukkan visi kita dalam rumah tangga. Kita juga bisa evaluasi dari anak kita, lihat dan dengarkan apa yang menjadi topic pembicaraannya dengan teman, orangtua atau orang lain, yang ia ceritakan menunjukkan apa yang kita ajarkan dalam kesehariannya.

Sahabat meraki, semoga kita semua bisa menjadi orangtua yang mampu membangun karakter qur’ani pada anak kita ya. Salam FM, Berkarya dengan Cinta, Berbagi untuk Sesama :)

Source: 
materi seminar OPQ-ODOJ 2016 dengan beberapa tambahan dari berbagai sumber .

0 komentar:

Posting Komentar